Belajar tentang Kimia; Fisika; dan Matematika, serta maka pelajaran lainnya di tingkat SD; SMP; dan SMA

  • Selamat Datang di Cromulla

    Belajar tentang Kimia; Fisika; dan Matematika, serta maka pelajaran lainnya di tingkat SD; SMP; dan SMA.

Rabu, 22 Juni 2022

Asam Fosfat



Asam Fosfat

Asam fosfat/asam ortofosfat atau asam fosfat (V), adalah mineral (anorganik) asam memiliki rumus kimia H3PO4. Asam fosfat (H3PO4) mengandung tiga ion H+, dimana kekuatan asam yang dimiliki ion tersebut tidak sama. Asam fosfat yang murni adalah kristal padat (titik leleh 42,35°C atau 108,2°F). Asam fosfat dapat membentuk tiga jenis garam sesuai dengan adanya penggantian satu, dua, atau tiga atom hidrogennya. Diantara garam fosfat yang penting adalah natrium dihidrogen fosfat (NaH2PO4), natrium fosfat (Na3PO4), kalsium superfosfat (Ca[H2PO4]2), kalsium monohidrogen fosfat (CaHPO4).

Molekul asam fosfat berinteraksi dalam kondisi yang sesuai atau bergantungan, seringkali pada suhu tinggi untuk dapat membentuk molekul yang lebih besar. Maka dari itu, difosforik, atau asam pirofosfat (H4P2O7) terbentuk dari dua molekul asam fosfat, dan kurang satu molekul air. Hal tersebut yang paling sederhana dari rangkaian homolog molekul rantai panjang yang disebut asam polifosfat. Asam metafosfat ditandai dengan adanya struktur molekul siklik. Asam metafosfat ini digunakan juga untuk merujuk atau mengidentifikasi kepada kekentalan. Berbagai bentuk polimer dari asam fosfat juga disiapkan oleh hidrasi fosforoksida. Pada suhu rendah, asam fosfat juga bersifat sangat stabil dan tidak mempunyai sifat oksidator, dan jika suhu tinggi cukup reaktif terhadap logam yang mereduksinya.

Pengujian asam fosfat encer dan pekat adalah salah satu untuk mengetahui anion apa yang terdapat dalam larutan sampel. Hal tersebut dikarenakan asam fosfat yang merupakan asam kuat mampu mendesak anion lemah keluar dari senyawanya. Untuk mendeteksi adanya anion tidak diperlukan metode sistematis seperti pasa kation. Anion dapat dipisahkan dalam golongan-golongan utama, bergantung pada kelarutan garam peraknya, garam kalsium atau bariumnya, dan garam zinknya.

Asam fosfat adalah asam utama yang digunakan dalam industri kimia yang dihasilkan dengan hidrasi fosfor petoksida. Asam fosfat komersial memiliki 75-85%. Asam fosforik merupakan molekul yang sangat sekali mempunyai kutub, dan sangat larut dalam air. Keadaan pengoksidaan atom fosforus dalam asam fosforik adalah +5, dimana dalam keadaan pengoksidaan oksigen ialah +2 dan hidrogen +1. Asam fosforik yaitu asam triprotik dan mampu mengalami pemisahan tiga kali, melepaskan ion H+ setiap kali. Disebabkan pemisahan triprotik, besi konjugat yang meliputi pH yang luas, serta sifat asam fosforik yang bukan toksik, asam fosforik sering digunakan sebagai agen penimbal atau untuk menghasilkan larutan penimbal.

Asam fosfat atau yang sering disebut asam ortofosfat dengan rumus kimia H3PO4 adalah asam berbasa tiga deret garam, yaitu ortofosfat primer, seperti NaH2PO4, ortofosfat sekunder, seperti Na2HPO4, dan ortofosfat tersier, seperti Na3PO4. Pada umumnya setiap bahan yang mengandung fosfat cukup banyak dapat dijadikan bahan dasar industri fosfat. Bahan-bahan yang mengandung fosfat antara lain terdapat dalam batuan apatit sebanyak 40% dan tulang sekitar 53%. Pospor pada batuan apatit berada dalam bentuk insoluble terutama dalam bentuk fluoro-apatit (Ca5F(PO4)3) atau kalsium-3-fosfat (Ca3(PO4)2).

Asam fosfat lebih efektif digunakan dalam menguraikan sabun yang terdapat dalam crude gliserol dibandingkan jenis asam lainnya seperti HCl dan H2SO4. Hal tersebut dikarenakan kekuatan asam fosfat lebih lemah dibandingkan jenis asam lain sehingga mampu mengikat lemak lebih tinggi. Selain itu, asam fosfat banyak digunakan dalam industri pangan dalam proses penghilangan gum pada minyak goreng.


Share:

Selasa, 21 Juni 2022

Asetanilida


Sintesis astenilida


Asetanilida


Asetanilida adalah salah satu turunan dari senyawa anilin. Pada senyawa ini, salah satu atom hidrogen yang mengikat atom nitrogennya telah digantikan oleh gugus asetil. Asetanilida merupakan salah satu bentuk senyawa amida primer. Amida itu sendiri merupakan derivat asam karboksilat yang paling tidak reaktif, dan banyak ditemukan di alam terutama dalam bentuk poliamida yaitu protein. Gugus fungsional senyawa amida melibatkan atom nitrogen. Pada gugus fungsi senyawa amida, atom karbon pada karbonil dihubungkan ke atom nitrogen dan hidrogen dengan ikatan tunggal.

Asetanilida berwujud kristal putih dengan titik leleh 113,7ºC dan titik didih 304ºC. Senyawa ini mempunyai kelarutan dalam air yaitu sebesar 4 g/L. Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang dapat larut dalam air panas dan dapat menyala pada temperatur 545⁰C. Senyawa ini tidak dapat larut dalam minyak parafin, mampu larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.

Asetanilida mempunyai banyak kegunaan terutama dalam bidang ilmu kesehatan. Asetanilida dan turunannya memiliki banyak manfaat dalam bidang produksi obat-obatan, dan memegang peranan penting dalam molekul biologis aktif. Asetanilida menunjukkan berbagai aktivitas seperti antimikroba, antivirus, anti-inflamasi, sitotoksik, antijamur, dan antibakteri. Selain itu asetanilida juga mempunyai sifat antileishmanial, antitumor, anti insektisida, antikanker dan anti-rematik (Moore & Langley 2010). Dalam bidang farmasi, asetanilida sering dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan obat analgesik yaitu obat pereda nyeri dan antipiretik yaitu obat penurun panas. Asetanilida juga digunakan sebagai inhibitor dalam hidrogen peroksida. Senyawa ini juga digunakan sebagai penstabil pernis ester selulosa, sebagai intermediasi dalam sintesis akselerator karet, sintesis zat warna, sintesis kamper, serta sebagai prekursor dalam sintesis penisilin dan obat-obatan lainnya.

Sintesis Asetanilida

Pembentukan asetanilida dapat dilakukan dengan reaksi alkilasi amida fase cair, dimana proses pembentukan ini berlangsung dalam reaksi yang bersifat eksotermis. Asetanilida dapat disintesis dari anilin dan anhidrida asetat. Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, terdapat beberapa metode yang bisa dilakukan untuk menyintesis asetanilida antara lain :

1. Sintesis Asetenilida dari Anilin dan Ketene

Sintesis asetanilida dari anilin dan ketene merupakan metode yang bersifat ekonomis. Pembuatan asetanilida dari ketene dan anilin dilakukan dengan cara mencampurkan ketene (dalam bentuk gas) ke dalam anilin dibawah kondisi yang diinginkan. Dari proses ini, akan dihasilkan asetanilida dengan konversi 90%. Ketene direaksikan dengan anilin menggunakan reactor packedtube pada temperatur 400-625 ⁰C dan pada tekanan 2 atm.

2. Sintesis Asetanilida menggunakan Metode Ultrasonik

Pembuatan asetanilida yang dilakukan menggunakan bahan dasar anhidrida asetat dan anilin dengan batuan teknologi ultrasonik. Dengan metode ini akan dihasilkan produk asetanilida yang lebih banyak, dimana rendemen asetanilida bisa mencapai hingga 89,31%. Selain persentase perolehan produknya yang tinggi, kelebihan lainnya dari metode ultrasonik ini yaitu waktu yang diperlukan lebih singkat jika dibandingkan dengan metoda konvensional. 

3. Sintesis Asetanilida Menggunakan Aldehid Aromatik dan Derivat Sulfonamida

Bahan-bahan yang digunakan pada proses sintesis asetanilida dengan metode ini yaitu anilin, anhidrida asetat, dan asam asetat glasial. Pada tahapan awal, bahan-bahan ini direfluks seperti pada pembuatan asetanilida dengan metode konvensional pada umumnya. Produk yang dihasilkan dari tahapan pertama inilah yang ditambahkan dengan aldehida aromatis. Dari proses sintesis asetanilida dengan metode ini, dihasilkan produk yang mempunyai efek antimikroba yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan obat standar streptomisin (Alfina, 2011). Senyawa hasil sintesis dikarakterisasi untuk mencari ciri spesifik yang dimiliki oleh suatu senyawa dan kandungan didalamnya.


Share:

Senin, 20 Juni 2022

Kloroform

Sintesis kloroform


Kloroform

Kloroform juga dikenal dengan haloform karena brom dan klor dapat bereaksi dengan metal keton yang menghasilkan bromoform dan kloroform. Haloform disimbolkan dengan CHX3. Kloroform adalah senyawa dari asam formiat dan termasuk ke dalam senyawa polihalogen yakni turunan karboksilat yang mengikat lebih dari satu atom halogen. Kloroform memiliki rumus molekul CHCl3 dengan massa molekul relatif sekitar 119,38 g/mol. Densitas kloroform adalah sekitar 1,492 g/cm3, titik didihnya sekitar 61,5°C dan titik lebur -63°C. Bahaya utama kloroform adalah harmful (Xn) dan menyebabkan iritasi .

  Kloroform (Trichloromethane, Methenyl Chloride) pada tekanan dan temperatur normal berwujud cairan bening dan berbau khas. Pada kondisi tersebut kloroform tidak mudah terbakar, tetapi campuran uap panas kloroform dan uap alkohol menimbulkan nyala api berwarna hijau. Kloroform lebih dikenal karena kegunaannya sebagai bahan pembius, walaupun pada kenyataannya kloroform lebih banyak digunakan sebagai pelarut non-polar dilaboratorium atau industri. Kloroform dapat larut dalam pelarut organik dan hanya sedikit larut dalam air.  Selain itu, kloroform dapat digunakan sebagai bahan baku, maupun bahan pendukung suatu proses sintesis. Produk-produk kimia yang menggunakan kloroform sebagai bahan baku antara lain polimer polytetrafluoroethylene, pengawet tembakau, fungisida, dan vermisida. Selain itu, kloroform juga digunakan sebagai zat pengekstrak/pelarut pada pembuatan penisilin di bidang farmasi serta bahan untuk merecovery minyak, lemak, steroid, alkaloid maupun glukosa.

Berikut penggunaan kloroform dalam kehidupan : 

1. Kloroform digunakan untuk mengekstraksi komponen yang tidak larut dalam air seperti lipid dalam proses isolasi DNA. Proses isolasi DNA melibatkan larutan yang berisi campuran fenol, kloroform, dan isoamilalkohol. 

2. Kloroform digunakan sebagai campuran dalam penenentuan konsentrasi detergen anionik seperti “sodium dodesil sulfat”. Metode yang dilakukan dinamakan Methylene Blue Active Substance. Lapisan bagian kloroform diambil lalu diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm.

3. Kloroform digunakan untuk mengkuantifikasi secara kasar kandungan lipid dalam suatu sampel. 

4. Kloroform digunakan untuk mengekstraksi kafein dalam minuman.

5. Produksi polytetrafluoroethylene (PTFE).

6. Pelarut yang stabil, relatif tidak aktif, dan melarutkan banyak senyawa organik didalam laboratorium. 

Macam-macam proses produksi kloroform yaitu :

a. Klorinasi metana

Produksi kloroform yang banyak diaplikasikan dalam industri dapat dilakukan melalui klorinasi metana dengan bantuan katalis alumina. Bahan baku yang digunakan adalah metana dengan kemurnian tinggi. Adapun reaktor yang digunakan adalah reaktor fixed bed katalitik. Suhu reaksi adalah 275°C sampai 450°C. Proses halogenasi metana menghasilkan beberapa macam chlorinated product, yaitu klorometana (CH3Cl), diklorometana (CH2Cl2) dan kloroform (CHCl3). Selain itu terdapat reaksi samping klorinasi kloroform yaitu karbon tetraklorida (CCl4) .

Adapun kelebihannya yaitu prosesnya termasuk proses panas katalitik dimana suhu dapat berperan sebagai katalis sehingga tidak diperlukan adanya regenerasi katalis, rendemen yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu sekitar 90-95%. Kekurangan dari proses ini yaitu reaktor fixed bed harus mempunyai konstruksi penyangga yang cukup kuat untuk menyangga katalis, reaktor fixed bed harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap pembebasan panas, karena reaksi klorinasi adalah reaksi eksotermis tinggi  sehingga reaktor tersebut biayanya cukup mahal. 

b. Klorinasi fotokimia 

Proses klorinasi dengan metode klorinasi fotokimia didasarkan pada reaksi klorinasi metana oleh aktivasi dari reaksi masa dengan radiasi sinar. Adapun pemisahan molekul klorin (Cl2) menjadi radikal Cl adalah dengan meradiasikan reaksi massa dengan sumber sinar yang mempunyai radiasi 3000-5000 A. Bahan baku yag digunakan adalah metana dengan kemurnian yang tiggi. Rendemen pada proses ini adalah sekitar 90%. Adapun reaktor yang digunakan adalah reaktor fotokimia. Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi pengotor pada klorometana yang dihasilkan. Adapun kerugian dari proses klorinasi diantaranya tingginya biaya perawatan dan kapasitas reaktor rendah.

c. Reduksi karbon tetraklorida

Reduksi tetraklorida (CCl4) direduksi dengan hidrogen dengan bantuan katalis besi pada suhu reaksi 15 ℃ dan tekanan operasi 5,80 atm. Kelebihan dari proses ini adalah rendemen yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sekitar 70-80%. Namun, kelemahan dari proses ini adalah reaksinya berjalan dengan lambat.

d. Reaksi Aseton dengan kaporit

Reaksi kaporit (CaOCl2.H2O) dengan aseton, asetaldehid, atau etil alkohol menghasilkan crude kloroform, dimana hasil reaksi dimurnikan dengan penambahan zat kimia dan distilasi. Aseton bereaksi dengan perbandingan 0,045 kg aseton, 0,453 kg kaporit, dan suhu reaksinya dijaga sekitar 43,3℃ dengan menggunakan alat pendingin. Ketika aseton telah ditambahkan semuanya, suhunya dinaikkan menjadi 56,7℃. Kemudian secara perlahan-lahan suhunya dinaikkan menjadi 65,5℃ dan kloroform mulai terbentuk. Produk hasil sintesis selanjutnya dikarakterisasi untuk mengetahui kandungan yang ada didalam produk dan ada atau tidaknya kloroform pada produk. Apapun kelebihan dari reaksi aseton dengan kaporit adalah proses reaksinya cukup sederhana dengan suhu operasi yang relatif rendah dan rendemen yang dihasilkan cukup tinggi yaitu 86-91%. Sedangkan kekurangannya adalah proses reaksi tersebut termasuk proses konvensional dan prosesnya dilakukan secara batch sehingga kuntitas produksinya dibatasi.


Share:

Jumat, 17 Juni 2022

Apa Itu Amina ?

Amina

Amina


Amina adalah turunan amonia dengan satu atau lebih atom hidrogennya digantikan oleh gugus alkil atau senyawa karbon mengandung nitrogen. Amina merupakan senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent yang terikat pada satu sampai tiga atom karbon. Amina juga merupakan suatu senyawa yang mengandung gugus amino(-NH2,-NHR, atau NH2).

Berdasarkan jumlah atau H yang dapat digantikan oleh gugus alkilnya amina terbagi menjadi tiga, yaitu amina primer; amina sekunder; dan amina tersier. Untuk membedakan antara amina primer; amina sekunder; dan amina tersier dapat dilakukan tes hinsberg. Tes hinsberg merupakan pengujian dengan mereaksikan benzenasulfonil klorida dengan senyawa amina2.

Uji Hinsberg dilakukan dalam basa berair (NaOH atau KOH), dan pereaksi benzenasulfonil klorida yang digunakan sebagai minyak yang tidak larut. Karena sistem ini bersifat heterogen, laju reaksi ketika reagen sulfonil klorida dihidrolisis menjadi garam sulfonat tanpa adanya amina relatif lambat. Amina larut dalam fase reagen, dan segera bereaksi dengan reagen yang ditambahkan, HCl yang dihasilkan dari reaksi tersebut dinetralkan oleh basa. Turunan sulfonamida dari 2º-amina biasanya berupa padatan yang tidak larut, namun turunan sulfonamida dari 1º-amina bersifat asam serta larut dalam basa cair. Pengasaman larutan ini kemudian mengendapkan sulfonamida dari 1º-amina.

Amina mampu mengikat hidrogen sehingga titik didih senyawa ini lebih tinggi daripada fosfin, namun lebih rendah daripada alkohol yang sesuai. Amina juga menunjukkan beberapa kelarutan dalam air, namun kelarutannya menurun dengan peningkatan atom karbon.Hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan hidrofobisitas senyawa dengan bertambahnya panjang rantai.

Amina alifatik yang merupakan amina yang terhubung ke rantai alkil, menunjukkan kelarutan dalam pelarut polar organik seperti dietilamin. Amina aromatik yang merupakan amina yang berpartisipasi dalam cincin terkonjugasi, menyumbangkan pasangan elektron bebasnya ke dalam cincin benzena dan dengan demikian kemampuan mereka untuk terlibat dalam ikatan hidrogen menurun. Hal ini menyebabkan penurunan kelarutannya dalam air dan titik didihnya menjadi tinggi seperti yang terjadi pada senyawa anilia.

Amina bersifat basa dan kebasaannya bergantung pada sifat elektronik substituen (gugus alkil meningkatkan kebasaan; gugus aril menguranginya), hambatan sterik, dan derajat solvasi amina terprotonasi. Umumnya efek gugus alkil meningkatkan energi pasangan elektron bebas, sehingga meningkatkan kebasaan. Selain itu,  cincin aromatik yang mendelokalisasi pasangan elektron bebas pada nitrogen ke dalam cincinnya menyebabkan sifat kebasaannya. Setelah terkonversi menjadi senyawa amonium, kelarutan amina akan terprotonasi.

Share:

Sabtu, 22 Januari 2022

Contoh Soal Suhu dan Panas Serta Pembahasannya

 Contoh Soal 'Suhu dan Panas' Serta Pembahasannya






1. Sebatang emas berada dalam kontak termal dengan sebatang perak dengan panjang dan luas yang sama (Gbr. P20.43). Salah satu ujung batang kompon dipertahankan pada 80,0 C sedangkan ujung yang berlawanan berada pada 30,0 C. Ketika transfer energi mencapai keadaan tunak, berapa suhu pada?







2. Uap pada 100 C ditambahkan ke es pada 0 C. (a) Temukan jumlah es yang meleleh dan suhu halus ketika massa uap 10,0 g dan massa es 50,0 g. (b) Bagaimana jika diulangi Ketika massa uap adalah 1,00 g dan massa es adalah 50,0 g.
Share:

Suhu dan Panas Contoh Soal dan Pembahasan

Suhu dan Panas : Contoh Soal dan Pembahasan


Suhu dan Panas Contoh Soal dan Pembahasan

 

1. Batang baja sepanjang 10 cm disambungkan dengan sebatang tembaga sepanjang 20 cm. Masing-masing memiliki penampang bujur sangkar, dengan sisi 2 cm. Ujung bebas dari batang baja dijaga tetap pada suhu 100°C dan ujung bebas batang tembaga dijaga tetap pada suhu 0°C. Konduktivitas baja 50,2 W/m.K dan konduktivitas tembaga 385 W/m.K. Tentukan:

            a. Suhu sambungan pada kedua batang   (20,7°C)

            b. Laju aliran panas total (15,9 W)

Jawab :

contoh soal suhu dan panas

 

2. Seorang tukang kayu membangun dinding luar rumah dengan lapisan kayu setebal 3,0 cm di sisi luar, dan lapisan isilator styrofoam setebal 2,2 cm di sisi dalamnya. JIka diketahui k kayu = 0,08oo W/m.K; k styrofoam= 0,010 W/m.K; suhu permukaan dalam sebesar 19,0; dan suhu permukaan luar sebesar -10,0 , hitunglah:

a.  Suhu pada bidang batas antara kayu dan styrofoam

b. Laju aliran panas per meter kuadrat yang melewati dinding



Baca Juga : CONTOH SOAL MATA KULIAH KIMIA DASAR 1 JURUSAN KIMIA  RUMUS MOLEKUL DAN STOIKIOMETRI


Jawab :

contoh soal suhu dan panas




3. Sebuah batang logam sepanjang 30 cm berekspansi sepanjang 0,065 cm saat suhunya dinaikkan dari 0 ºC menjadi 100 ºC. Sebuah batang dengan bahan lain memiliki panjang awal yang sama, berekspansi sepanjang 0,035 cm pada kenaikan suhu yang sama. Batang lainnya, juga sepanjang 30 cm, terdiri dari potongan kedua logam tersebut, berekspansi sepanjang 0,058 cm antara 0 ºC dan 100 ºC. Hitunglah panjang masing-masing logam penyusun batang ketiga.


Jawab :


contoh soal suhu dan panas
contoh soal suhu dan panas

Share:

Sabtu, 15 Januari 2022

Gravimetri

 GRAFIMETRI



Gravimetri


Tahap pengukuran dalam suatu analisis dapat dilakukan dengan cara kimia, fisika, atau biologi. Teknik laboratorium yang digunakan menghasilkan pengelompokan metode-metode kuantitatif menjadi subdivisi titrimetrik (volumetrik), gravimetrik, dan instrumental. Analisis titrimetrik melibatkan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui diperlukan untuk bereaksi dengan analit itu. Dalam metode gravimetrik yang diukur adalah bobot, contohnya dimana klorida ditetapkan dengan mengendapkan dan menimbang perak klorida. Istilah instrumental digunakan agak luas aslinya istilah ini merujuk ke penggunaan suatu instrumen khusus dalam tahap pengukuran.


Baca Juga : Titrasi Permanganometri


Analisis gravimetri merupakan cara analisis tertua dan paling murah. Gravimetri memerlukan waktu yang relatif lama dan hanya dapat digunakan untuk kadar komponen yang cukup besar. Gravimetri masih dipergunakan untuk keperluan analisis, karena waktu pengerjaannya yang tidak perlu terus-menerus dan setiap tahapan pengerjaan waktu yang cukup lama. Selain itu, ketetapan analisis gravimetri untuk bahan tunggal dengan kadar lebih dari 1% jarang menggunakan metode lain. Sebagian besar penetapan-penetapan pada gravimetri menyangkut pengubahan unsur yang akan ditetapkan menjadi sebuah senyawa murni dan stabil yang dapat dengan mudah diubah menjadi satu bentuk yang sesuai dan ditimbang.

Tahap pengukuran dalam gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya. Elektrolisis, ekstraksi pelarut, kromatografi, dan pengatsirian (volatilisasi) merupakan metode penting lainnya untuk pemisahan itu.

 

Syarat yang harus dipenuhi agar metode gravimetrik berhasil yaitu:

1.    Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan secara analitis dan tak dapat terdeteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).

2.    Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni atau sangat hampir murni.

Pada metode penguapan, analit direaksikan sehingga melepaskan gas atau senyawa-senyawa volatil. Massa gas yang dihasilkan ini kemudian ditimbang secara langsung atau tidak langsung. Pada cara langsung, gas yang dihasilkan dilewatkan pada suatu adsorben kemudian ditimbang. Massa gas yang dihasilkan merupakan selisih massa adsorben setelah dilewati gas dan sebelum dilewati gas. Sedangkan pada cara tidak langsung, analit ditimbang setelah reaksi selesai. Massa gas yang dihasilkan merupakan selisih antara massa analit awal dan massa analit setelah reaksi. Gravimetri ini merupakan teknik analisis definitif yang perhitungannya hanya melibatkan satuan-satuan dasar SI seperti massa dan mol. Hasil dari suatu analisis dengan metode tertentu harus dapat divalidasi pada suatu teknik definitif yang biasanya melibatkan penggunaan suatu bahan referensi standar (SRM, standard reference materials).

Secara umum, langkah utama dalam metode analisis gravimetri dengan metode pengendapan adalah :

1.       Penyiapan sampel siap ukur

2.       Analilsis/pengukuran

3.       Perhitungan kadar analit dalam sampel.

Kondisi yang diperlukan untuk dapat mengendapkan analit menggunakan pereaksi tertentu adalah :

1.  Pengendapan harus dilakukan dalam larutan encer dengan memperhatikan kelarutan endapan, waktu yang diperlukan untuk pengendapan dan perlakuan-perlakuan yang harus dilakukan setelah pengendapan. Hal ini akan meminimalkan kesalahan akibat kopresipitasi.

2. Pereaksi harus dicampurkan secara perlahan-lahan sambil dilakukan pengadukan terus-menerus agar dapat memperoleh endapan kristalin yang berukuran besar sehingga mudah disaring.

3.  Endapan kristalin harus dicerna (digest) dalam penangas air. Proses ini dapat mengurangi efek kopresipitasi dan menghasilkan endapan yang lebih mudah disaring.

4.   Endapan harus dicuci dengan larutan elektrolit yang sesuai dan encer.

5. Apabila endapan yang dihasilkan ternyata masih terkontaminasi akibat kopresipitasi ataupun sebab lainnya, maka kesalahan dapat dikurangi dengan melarutkannya kembali menggunakan pelarut yang sesuai. Larutan yang dihasilkan selanjutnya diendapkan kembali. Dengan cara demikian, jumlah cemaran yang terdapat pada endapan akan berkurang.


Share:

cromulla

Comments

3-comments

FOLLOW ME

LATEST

3-latest-65px

Search This Blog

Feel free to contact us at anytime about our courses and tutorials.

Nama

Email *

Pesan *

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

SEARCH

Popular

Labels

Blog Archive