Indikator
Pada
analisis titrimetri atau volumetrik untuk mengetahui saat reaksi sempurna dapat
dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah senyawa
yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan adanya
perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran dengan
adanya perubahan warna .
Indikator berubah warna karena sistem kromofornya diubah oleh reaksi asam basa.
Indikator asam basa merupakan asam organik lemah dan basa organik lemah yang
mempunyai dua warna dalam pH larutan yang berbeda. Pada titrasi asam dengan
basa, maka indikator yang digunakan
adalah asam kedua yang merupakan asam yang lebih lemah dan konsentrasi
indikator berada pada tingkat kecil. Pada titrasi asam dengan basa, indikator
(asam lemah) akan bereaksi dengan basa sebagai penitrasi setelah semua asam
dititrasi (bereaksi) dengan basa sebagai penitrasi .
Metil jingga merupakan senyawa yang berbentuk kristal
berwarna kuning kemerahan, lebih larut dalam air panas dan larut dalam alkohol.
Metil jingga sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1-4,4 dan pada pKa 3,
berwarna merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil
jingga digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat. Menentukan alkalinitas dan air tetapi tidak dapat
digunakan untuk asam organik. Metil jingga merupakan asam
berbasa satu, netral secara kelistrikan, tetapi mempunyai muatan
positif maupun negatif .
Perbedaan antara titik akhir titrasi dan titik akhir ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir adalah kesalahan acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan nilainya dapat menghitung dengan menggunakan metode potesiometri dan kondutometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol .
Baca Juga : Standar untuk Titrasi Permanganometri
Titrasi menggunakan dua indikator
Untuk beberapa aplikasi analisis diperlukan suatu
perubahan warna indikator yang tegas, tajam pada rentang pH tertentu yang
sempit. Penggunaan indikator asam atau basa cukup memberikan bias karena
rentang perubahan warna terjadi pada lebar dua satuan pH. Indikator-indikator
yang dipilih untuk dicampurkan adalah indikator yang memberikan tumpang tindih
warna membentuk warna komplementernya. Pemilihan keduanya ditentukan dengan
melihat harga pK' in yang saling berdekatan. Sebagai
contoh pemakaian indikator campuran adalah pada titrasi H3PO4
dengan suatu basa kuat atau NaHCO3 dengan suatu asam. Campuran bromocresol green (pK’ in = 5,1) dengan methyl
red (pK' in = 5) digunakan untuk
menghasilkan warna abu-abu, yang merupakan komplementer dari kedua warna
indikator tersebut, yang tajam teramati pada pH 5,1.
Prinsip
pencampuran indikator-indikator ini menjadi dasar adanya indikator universal.
Indikator ini tidak ditujukan untuk fungsi analisis kuantitatif melainkan hanya
sebagai petunjuk range pH suatu
larutan. Indikator ini merupakan campuran dari indikator methyl orange, bromothymol
blue, alizarin yellow G, dan phenolphthalein yang dilapiskan pada
suatu kertas.
Syarat dari indikator campuran adalah mencakup campuran indikator aktual serta campuran indikator dengan pewarna latar belakang konstan. Campuran semacam itu adalah metil merah-metilen biru.
0 komentar:
Posting Komentar