Belajar tentang Kimia; Fisika; dan Matematika, serta maka pelajaran lainnya di tingkat SD; SMP; dan SMA

Kamis, 30 Desember 2021

Titrasi dan Larutan Standar

Titrasi dan Larutan Standar

Titrasi dan Larutan Standar



Titrasi

Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :

aA+ Bb → hasil reaksi

Dimana : A adalah penitrasi (titran), B senyawa yang dititrasi, a dan b jumlah mol dari A dan B.

    Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah diketahui konsentrasinya dengan pas) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempura dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya. Untuk mengetahui bahwa reaksi berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi. 


Baca Juga : Titrasi Iodometri


Larutan Standar

Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui dapat dihitung dengan persamaan berikut:

NB  =(VA x NA) : VB

Dimana:

NB = Konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya

VB = Volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya

NA = Konsentrasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)

VA = Volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar) 1.

Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, seperti:

a.             Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping.

b.             Reaksi harus berlangsung secara cepat.

c.              Reaksi harus kuantitatif.

d.    Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirya dengan tajam (jelas perubahannya).

e.             Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.

Larutan baku primer berfungsi untuk membakukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan atau pereaksi yang kecepatan/kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalui pembuatannya secara langsung. Larutan yang sukar dibuat secara kuantitatif ini selanjutnya dapat berfungsi sebagai larutan baku (disebabkan larutan baku sekunder) setelah dibakukan jika larutan tersebut bersifat stabil sehingga dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain atau kadar suatu cuplikan .

            Larutan baku primer harus dibuat seteliti dan setepat mungkin (secara kuantitatif). Zat yang dapat digunakan sebagai zat baku primer harus memenuhi persyaratan seperti berikut:

a.             Kemurniannya tinggi (pengotornya tidak melebihi 0,02%).

b.    Stabil (tidak menyerap H, O, dan CO; tidak bereaksi dengan udara, tidak mudah menguap; tidak terurai; mudah dan tidak berubah pada saat pengeringan). Zat yang stabil berarti memiliki rumus kimia yang pas dan akan memudahkan penimbangan.

c.              Memiliki bobot molekul (BM ; M) atau bobot ekuivalen (BE) tinggi, dan

d.            Larutannya bersifat stabil.

Dalam hal tingkat kemurnian, reagen yang digunakan untuk analisis kuantitatif harus mempunyai spesifikasi reagen-analar (AR) .

Selain syarat-syarat tersebut harus dipenuhi, kesalahan-kesalahan selama proses pembuatan seperti pengeringan, pengukuran (penimbangan), dan perindahan zat juga harus dihindarkan kecuali karena kesalahan alat. Dengan demikian, larutan yang diperoleh akan terukur secara teliti dan tepat, dan melalui pengemasan/penyimpanan yang baik akan bertahan lama .

Suatu zat yang memenuhi syarat-syarat di atas (syarat a s.d. syarat e) dapat dilarutkan, dan langsung menghasikan larutan baku (molaritas/normalitasnya dapat dipastikan melalui perhitungan sampai desimal ke-4) disebut larutan baku primer .

Di samping larutan baku primer, dikenal juga larutan baku sekunder. Larutan ini kebakuannya (kepastian molaritasnya) ditetapkan langsung terhadap larutan baku primer. Jika suatu larutan baku sekunder bersifat stabil dan dikemas/disimpan dengan benar, larutan ini dapat berfungsi sebagai larutan baku dan langsung dapat digunakan tanpa harus dibakukan lagi . Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang bila akan digunakan untuk standarisasi harus distandarisasi lebih dahulu dengan larutan standar primer.

Beberapa contoh larutan standar sekunder yang harus distandarkan terhadap larutan standar primer diantaranya adalah: larutan asam klorida, natrium hidroksida, kalium hidroksida, barium hidroksida, kalium permanganat, amonium tiosianat, kalium tiosianat, dan natrium tiosulfat. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin, sebagai penitrasi sampel asam biasanya dipakai larutan NaOH yang merupakan larutan standar sekunder, sedangkan untuk menitrasi larutan sampel basa digunakan larutan HCl yang juga adalah larutan sekunder. Larutan-larutan NaOH dan HCl disebut sebagai “larutan kerja” (working solution) yang harus dibakukan (distandarisasi) oleh larutan-larutan standar primernya masing-masing.

Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat macam titrasi yaitu :

a.              Titrasi asam basa;

b.             Titrasi pengendapan;

c.              Titrasi kompleksometri;

d.             Titrasi oksidasi reduksi .

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

cromulla

Comments

3-comments

FOLLOW ME

LATEST

3-latest-65px

Search This Blog

Feel free to contact us at anytime about our courses and tutorials.

Nama

Email *

Pesan *

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

SEARCH

Popular

Labels

Blog Archive