Belajar tentang Kimia; Fisika; dan Matematika, serta maka pelajaran lainnya di tingkat SD; SMP; dan SMA

  • Selamat Datang di Cromulla

    Belajar tentang Kimia; Fisika; dan Matematika, serta maka pelajaran lainnya di tingkat SD; SMP; dan SMA.

Kamis, 23 Juni 2022

Pengertian Aseton dan Sintesis Senyawa Aseton


 Aseton


Aseton merupakan senyawa karbonil yang memiliki gugus fungsi keton (-CO). Aseton juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-2-on, dimetilformaldehida, dan -ketopropana. Aseton dapat dibuat dari alkohol sekunder dengan cara oksidasi. Aseton adalah senyawa organik berupa cairan tidak berwarna dan mudah terbakar. Aseton merupakan senyawa orga09nik yang berupa cairan tidak berwarna dan mudah terbakar. Aseton merupakan merupakan senyawa keton yang paling sederhana.

Aseton larut dalam berbagai perbandingan air, etanol, dietil eter, dan lain lain. Aseton sendiri juga merupakan pelarut penting. Aseton dibuat secara lansung maupun tidak langsung dari propena. Secara umum, melalui proses kumena, benzena dialkilasi dengan propena kumena (isoprofilbenzena) dioksidasi untuk menghasilkan fenol dan aseton.

Konversi diatas terjadi melalui zat antara kumena hidroperoksida, diproduksi melalui propena yang dioksidasi lansung dengan menggunakan katalis Pd(II)/Cu(II), mirip seperti ‘’proses wacker’’. Aseton adalah zat yang tidak berwarna dengan berat jenis 0,812 g/mL pada suhu 0oC. Aseton juga merupakan senyawa yang memiliki bau khas. Aseton juga merupakan suatu pelarut yang baik bagi zat-zat organik. Salah satu ciri ciri dari cairan aseton ini ialah gampang sekali dalam menguapnya, gampang sekali terbakar, dan biasanya dihasilkan tanpa adanya warna .


Aseton dapat dibuat dengan berbagai proses dan dari bahan baku yang berbeda-beda. Kurang lebih aseton dapat dibuat dengan 3 proses yaitu sebagai berikut:

1.            Proses Cumene Hydroperoxide

Pada proses ini, benzene dialkilasi menjadi cumene yang kemudian dioksidasi dengan udara atau oksigen murni menjadi cumene hydroperoxide kemudian ditambahkan dengan asam dan pemanasan akan menghasilkan phenol dan aseton. 

Proses dehidrogenasi ini berlangsung pada fase gas dengan tekanan 2-3 atm. Pada suhu 350°C konversi dari isopropanol bisa mencapai 90%. Karena reaksi terjadi pada kondisi endotermis, maka semakin tinggi suhu maka kesetimbangan akan bergeser kearah pembentukan aseton. Suhu reaksi 350°C digunakan kombinasi katalis Zinc Oxide-Zirconium Oxide (ZnO-ZrO), Copper-Chromium Oxide (Cu-Cro) atau Copper-Silicon Dioxide (Cu-SiO2). Proses dehidrogenasi isopropil alkohol dipilih karena memiliki alasan sebagai berikut :

a.            Proses dehidrogenasi isopropil alkohol tidak memerlukan unit pemisahan 02 dari udara sebelum diumpankan ke dałam reaktor.

b.            Dengan jumlah isopropil alkohol yang sama, konversi pada proses dehidrogenasi lebih besar sehingga hasil aseton yang diperoleh lebih banyak.

c.            Pada proses oksidasi timbul masalah terjadinya korosi sehingga dapat mengganggu jalannya proses, sedangkan pada proses dehidrogenasi, hal tersebut dapat dikurangi.

2.            Proses Oksidasi Isopropanol

Isopropanol dicampurkan dengan udara dan diumpankan ke reaktor yang bersuhu antara 80-140°C dengan tekanan operasi 3-4 atm. Reaksi mengunakan katalis yang sama dengan katalis yang digunakan pada proses dehidrogenasi isopropanol. Reaksi oksidasi Isopropanol sangat eksotermis. Dengan proses ini dihasilkan aseton dengan konversi 15%. Reaksinya sebagai berikut (Majid, 2019)

Share:

Pembuatan dan Sifat Fisika Amonia

Pembuatan dan Sifat Fisika Amonia


Pembuatan dan Sifat Fisika Amonia (NH3)

Pembuatan Amonia

1. Pembuatan Amonia di Laboratorium
Dalam skala laboratorium, amonia dibuat dengan cara mereaksikan garam amonia klorida dengan basa Kuat atau oksida basa.Gas yang dihasilkan dapat diketahui dengan cara mengujianya menggunakan kertas lakmus. Gas amonia bersifat basa sehingga akan mengubah warna lakmus merah menjadi biru.
2. Pembuatan Amonia di Industri
Amonia dibuat dalam skala industri melalui proses Haber-Bosch. Proses pembuatan ini menggunakan bahan baku gas nitrogen dan gas hidrogen. Harga entalpi ΔH reaksi entalpi pembentukan amonia ini bersifat negatif berarti reaksi ini bersifat eksoterm (melepaskan kalor ke lingkungan).

Sifat Fisik Amonia

Amonia dan garam-garamnya bersifat mudah larut dalam air, kelarutan amonia dalam air dipengaruhi oleh suhu, pada suhu tinggi kelarutan amonia akan berkurang. Dalam keadaan terlarut, amonia dalam perairan dapat berupa amonia bebas (NH3) dan ion amonium (NH4+). Kandungan amonia bebas dan ion amonium sangat dipengaruhi oleh keberadaan oksigen terlarut, amonia ada dalam jumlah yang relatif kecil jika didalam perairan memiliki kandungan oksigen yang tinggi, sehingga kandungan amonia dalam perairan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada dasar perairan kemungkinan terdapat amonia dalam jumlah yang lebih banyak dibanding perairan dibagian permukaan karena oksigen terlarut pada bagian dasar relatif kecil. 

Sifat fisik amonia

Nilai

Fisik

Gas tak berwarna dan Berbau

Masa jenis

0,69 g/L

Kelarutan

89,9 g/mL

Titik lebur

-77,73⁰C

Temperatur autosulotan

651⁰C

Titik didih

-33,34⁰C

Keasaman (PKa)

9,25

Massa Molar

17 g/mol

Kebasaan (PKb)

4,75


Amonia di perairan akan ditemukan lebih banyak dalam bentuk ion ammonium jika pH perairan kurang dari 7, sedangkan pada perairan dengan pH lebih dari 7, amonia bebas atau amonia tak-terionisasi yang bersifat toksik terdapat dalam jumlah yang lebih banyak. Tingkat toksisitas amonia tak-terionisasi tergantung pada kondisi pH dan suhu di suatu perairan, sehingga kenaikan nilai pH dan suhu menyebabkan proporsi amonia bebas di perairan meningkat. Kadar amonia bebas yang tidak terionisasi pada perairan tidak lebih dari 0.2 mg/L, jika kadar amonia lebih dari 0,2 mg/L maka akan bersifat toksik bagi beberapa organisme, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2004 untuk kadar amonia yang dapat ditoleren hanya 0,2 mg/L di dalam air laut. Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik.
Share:

Rabu, 22 Juni 2022

Pengertian Titrasi Iodometri dan Penjelasannya

Titrasi Iodometri


Titrasi Iodometri

Titrasi iodometri merupakan titrasi redoks. Titrasi ini berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dengan analit. Titrasi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu titrasi langsung (iodimetri) merupakan okdisator yang relatif kuat dengan nilai potensial oksidator sebesar + 0,533 V, pada saat reaksi oksidasi iodium akan direduksi menjadi iodin sesuai dengan reaksi. Titrasi tidak langsung (iodometri) digunakan untuk menetapkan senyawa senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih kecil dari pada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi den%gan kalium iodida berlebihan dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat.

               Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana oksidator yang dianalisa kemudian direaksikan dengan ion iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai yang selanjutnya iodium dibebaskan secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan standar atau asam. Titrasi yang pertama yaitu standarisasi natrium tiosulfat (Na2S2O3) dengan standar primer kalium dikromat (K2Cr2O7), ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi natrium tiosulfat yang sesungguhnya karena senyawa tersebut tergolong dalam larutan standar sekunder7.

               Larutan standar yang dipergunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya tersedia sebagai pentahidrat Na2S2O3 .5H2O. larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi terhadap standar primer, digunakan K2Cr2O7 sebagai standar primer karena larutan natrium tiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama.

               Titrasi iodometri digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Titrasi iodometri berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Standarisasi natrium tiosulfat dapat dilakukan dengan menggunakan larutan kalium iodat, tembaga sulfat dan iod sebagai standar primer.

Share:

Tahukah Kamu Apa Itu Spektrofotometri ?



 Spektrofotometri

Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang menggunakan sinar radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak digunakan untuk analisis kuantitatif dibandingkan analisis kualitatif. 

Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer merupakan alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang tampak kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko, dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembandingnya1.

Dalam percobaan spektrofotometer UV-Vis, hukum yang mendasarinya yaitu hukum Lambert-Beer. Dalam menjabarkan hukum Lambert-Beer ini perlu diperhatikan adanya anggapan bahwa:

1. Radiasi yang masuk dalam kuvet adalah monokromatik

2. Penyerapan terjadi dalam volume yang mempunyai luas penampang yang sama

3. Dengan tenaga radiasi yang cepat (tidak terjadi fluoresensi)

4. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi (tidak berlaku pada konsentrasi tinggi).

Dalam menganalisis suatu sampel menggunakan metode ini, berkas radiasi/cahaya dikenakan pada sampel dan intenstas radiasi yang ditransmisikan diukur. Sampel ditempatkan dalam sel atau kuvet yang terbuat dari gelas yang khusus. Radiasi yang diserap oleh sampel ditentukan dengan membandingkan intensitas dari berkas radiasi yang ditransmisikan (bila spesies penyerap tidak ada) dan dengan intensitas yang ditransmisikan (bila spesies penyerap ada). Kekuatan radiasi (intensitas radiasi/sinar) sebanding dengan jumlah foton per detik yang melalui satu satuan luas penampang kuvet/sel. Kekuatan radiasi akan turun bila terjadi penghamburan dan pantulan. Namun kedua hal tersebut sangat kecil kemungkinannya untuk terjadi dila dibandingkan dengan serapan2.

Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas atau uap. Untuk sampel berupa larutan perlu diperhatikan pelarut yang dipakai, antara lain yaitu:

1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.

2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.

3. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis.

Pada daerah ultraviolet pelarut yang biasa digunakan yaitu: aseton, benzen, karbon tetraklorida, kloroform, dioksan, diklorometan, etanol 95%, etil eter, metanol, air dan sebagainya. Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri harus melarutkan cuplikan dan meneruskan radiasi dalam panjang gelombang yang sedang dianalisa3.


Share:

Asam Fosfat



Asam Fosfat

Asam fosfat/asam ortofosfat atau asam fosfat (V), adalah mineral (anorganik) asam memiliki rumus kimia H3PO4. Asam fosfat (H3PO4) mengandung tiga ion H+, dimana kekuatan asam yang dimiliki ion tersebut tidak sama. Asam fosfat yang murni adalah kristal padat (titik leleh 42,35°C atau 108,2°F). Asam fosfat dapat membentuk tiga jenis garam sesuai dengan adanya penggantian satu, dua, atau tiga atom hidrogennya. Diantara garam fosfat yang penting adalah natrium dihidrogen fosfat (NaH2PO4), natrium fosfat (Na3PO4), kalsium superfosfat (Ca[H2PO4]2), kalsium monohidrogen fosfat (CaHPO4).

Molekul asam fosfat berinteraksi dalam kondisi yang sesuai atau bergantungan, seringkali pada suhu tinggi untuk dapat membentuk molekul yang lebih besar. Maka dari itu, difosforik, atau asam pirofosfat (H4P2O7) terbentuk dari dua molekul asam fosfat, dan kurang satu molekul air. Hal tersebut yang paling sederhana dari rangkaian homolog molekul rantai panjang yang disebut asam polifosfat. Asam metafosfat ditandai dengan adanya struktur molekul siklik. Asam metafosfat ini digunakan juga untuk merujuk atau mengidentifikasi kepada kekentalan. Berbagai bentuk polimer dari asam fosfat juga disiapkan oleh hidrasi fosforoksida. Pada suhu rendah, asam fosfat juga bersifat sangat stabil dan tidak mempunyai sifat oksidator, dan jika suhu tinggi cukup reaktif terhadap logam yang mereduksinya.

Pengujian asam fosfat encer dan pekat adalah salah satu untuk mengetahui anion apa yang terdapat dalam larutan sampel. Hal tersebut dikarenakan asam fosfat yang merupakan asam kuat mampu mendesak anion lemah keluar dari senyawanya. Untuk mendeteksi adanya anion tidak diperlukan metode sistematis seperti pasa kation. Anion dapat dipisahkan dalam golongan-golongan utama, bergantung pada kelarutan garam peraknya, garam kalsium atau bariumnya, dan garam zinknya.

Asam fosfat adalah asam utama yang digunakan dalam industri kimia yang dihasilkan dengan hidrasi fosfor petoksida. Asam fosfat komersial memiliki 75-85%. Asam fosforik merupakan molekul yang sangat sekali mempunyai kutub, dan sangat larut dalam air. Keadaan pengoksidaan atom fosforus dalam asam fosforik adalah +5, dimana dalam keadaan pengoksidaan oksigen ialah +2 dan hidrogen +1. Asam fosforik yaitu asam triprotik dan mampu mengalami pemisahan tiga kali, melepaskan ion H+ setiap kali. Disebabkan pemisahan triprotik, besi konjugat yang meliputi pH yang luas, serta sifat asam fosforik yang bukan toksik, asam fosforik sering digunakan sebagai agen penimbal atau untuk menghasilkan larutan penimbal.

Asam fosfat atau yang sering disebut asam ortofosfat dengan rumus kimia H3PO4 adalah asam berbasa tiga deret garam, yaitu ortofosfat primer, seperti NaH2PO4, ortofosfat sekunder, seperti Na2HPO4, dan ortofosfat tersier, seperti Na3PO4. Pada umumnya setiap bahan yang mengandung fosfat cukup banyak dapat dijadikan bahan dasar industri fosfat. Bahan-bahan yang mengandung fosfat antara lain terdapat dalam batuan apatit sebanyak 40% dan tulang sekitar 53%. Pospor pada batuan apatit berada dalam bentuk insoluble terutama dalam bentuk fluoro-apatit (Ca5F(PO4)3) atau kalsium-3-fosfat (Ca3(PO4)2).

Asam fosfat lebih efektif digunakan dalam menguraikan sabun yang terdapat dalam crude gliserol dibandingkan jenis asam lainnya seperti HCl dan H2SO4. Hal tersebut dikarenakan kekuatan asam fosfat lebih lemah dibandingkan jenis asam lain sehingga mampu mengikat lemak lebih tinggi. Selain itu, asam fosfat banyak digunakan dalam industri pangan dalam proses penghilangan gum pada minyak goreng.


Share:

Selasa, 21 Juni 2022

Asetanilida


Sintesis astenilida


Asetanilida


Asetanilida adalah salah satu turunan dari senyawa anilin. Pada senyawa ini, salah satu atom hidrogen yang mengikat atom nitrogennya telah digantikan oleh gugus asetil. Asetanilida merupakan salah satu bentuk senyawa amida primer. Amida itu sendiri merupakan derivat asam karboksilat yang paling tidak reaktif, dan banyak ditemukan di alam terutama dalam bentuk poliamida yaitu protein. Gugus fungsional senyawa amida melibatkan atom nitrogen. Pada gugus fungsi senyawa amida, atom karbon pada karbonil dihubungkan ke atom nitrogen dan hidrogen dengan ikatan tunggal.

Asetanilida berwujud kristal putih dengan titik leleh 113,7ºC dan titik didih 304ºC. Senyawa ini mempunyai kelarutan dalam air yaitu sebesar 4 g/L. Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang dapat larut dalam air panas dan dapat menyala pada temperatur 545⁰C. Senyawa ini tidak dapat larut dalam minyak parafin, mampu larut dalam air dengan bantuan kloral anhidrat.

Asetanilida mempunyai banyak kegunaan terutama dalam bidang ilmu kesehatan. Asetanilida dan turunannya memiliki banyak manfaat dalam bidang produksi obat-obatan, dan memegang peranan penting dalam molekul biologis aktif. Asetanilida menunjukkan berbagai aktivitas seperti antimikroba, antivirus, anti-inflamasi, sitotoksik, antijamur, dan antibakteri. Selain itu asetanilida juga mempunyai sifat antileishmanial, antitumor, anti insektisida, antikanker dan anti-rematik (Moore & Langley 2010). Dalam bidang farmasi, asetanilida sering dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan obat analgesik yaitu obat pereda nyeri dan antipiretik yaitu obat penurun panas. Asetanilida juga digunakan sebagai inhibitor dalam hidrogen peroksida. Senyawa ini juga digunakan sebagai penstabil pernis ester selulosa, sebagai intermediasi dalam sintesis akselerator karet, sintesis zat warna, sintesis kamper, serta sebagai prekursor dalam sintesis penisilin dan obat-obatan lainnya.

Sintesis Asetanilida

Pembentukan asetanilida dapat dilakukan dengan reaksi alkilasi amida fase cair, dimana proses pembentukan ini berlangsung dalam reaksi yang bersifat eksotermis. Asetanilida dapat disintesis dari anilin dan anhidrida asetat. Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, terdapat beberapa metode yang bisa dilakukan untuk menyintesis asetanilida antara lain :

1. Sintesis Asetenilida dari Anilin dan Ketene

Sintesis asetanilida dari anilin dan ketene merupakan metode yang bersifat ekonomis. Pembuatan asetanilida dari ketene dan anilin dilakukan dengan cara mencampurkan ketene (dalam bentuk gas) ke dalam anilin dibawah kondisi yang diinginkan. Dari proses ini, akan dihasilkan asetanilida dengan konversi 90%. Ketene direaksikan dengan anilin menggunakan reactor packedtube pada temperatur 400-625 ⁰C dan pada tekanan 2 atm.

2. Sintesis Asetanilida menggunakan Metode Ultrasonik

Pembuatan asetanilida yang dilakukan menggunakan bahan dasar anhidrida asetat dan anilin dengan batuan teknologi ultrasonik. Dengan metode ini akan dihasilkan produk asetanilida yang lebih banyak, dimana rendemen asetanilida bisa mencapai hingga 89,31%. Selain persentase perolehan produknya yang tinggi, kelebihan lainnya dari metode ultrasonik ini yaitu waktu yang diperlukan lebih singkat jika dibandingkan dengan metoda konvensional. 

3. Sintesis Asetanilida Menggunakan Aldehid Aromatik dan Derivat Sulfonamida

Bahan-bahan yang digunakan pada proses sintesis asetanilida dengan metode ini yaitu anilin, anhidrida asetat, dan asam asetat glasial. Pada tahapan awal, bahan-bahan ini direfluks seperti pada pembuatan asetanilida dengan metode konvensional pada umumnya. Produk yang dihasilkan dari tahapan pertama inilah yang ditambahkan dengan aldehida aromatis. Dari proses sintesis asetanilida dengan metode ini, dihasilkan produk yang mempunyai efek antimikroba yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan obat standar streptomisin (Alfina, 2011). Senyawa hasil sintesis dikarakterisasi untuk mencari ciri spesifik yang dimiliki oleh suatu senyawa dan kandungan didalamnya.


Share:

Senin, 20 Juni 2022

Kloroform

Sintesis kloroform


Kloroform

Kloroform juga dikenal dengan haloform karena brom dan klor dapat bereaksi dengan metal keton yang menghasilkan bromoform dan kloroform. Haloform disimbolkan dengan CHX3. Kloroform adalah senyawa dari asam formiat dan termasuk ke dalam senyawa polihalogen yakni turunan karboksilat yang mengikat lebih dari satu atom halogen. Kloroform memiliki rumus molekul CHCl3 dengan massa molekul relatif sekitar 119,38 g/mol. Densitas kloroform adalah sekitar 1,492 g/cm3, titik didihnya sekitar 61,5°C dan titik lebur -63°C. Bahaya utama kloroform adalah harmful (Xn) dan menyebabkan iritasi .

  Kloroform (Trichloromethane, Methenyl Chloride) pada tekanan dan temperatur normal berwujud cairan bening dan berbau khas. Pada kondisi tersebut kloroform tidak mudah terbakar, tetapi campuran uap panas kloroform dan uap alkohol menimbulkan nyala api berwarna hijau. Kloroform lebih dikenal karena kegunaannya sebagai bahan pembius, walaupun pada kenyataannya kloroform lebih banyak digunakan sebagai pelarut non-polar dilaboratorium atau industri. Kloroform dapat larut dalam pelarut organik dan hanya sedikit larut dalam air.  Selain itu, kloroform dapat digunakan sebagai bahan baku, maupun bahan pendukung suatu proses sintesis. Produk-produk kimia yang menggunakan kloroform sebagai bahan baku antara lain polimer polytetrafluoroethylene, pengawet tembakau, fungisida, dan vermisida. Selain itu, kloroform juga digunakan sebagai zat pengekstrak/pelarut pada pembuatan penisilin di bidang farmasi serta bahan untuk merecovery minyak, lemak, steroid, alkaloid maupun glukosa.

Berikut penggunaan kloroform dalam kehidupan : 

1. Kloroform digunakan untuk mengekstraksi komponen yang tidak larut dalam air seperti lipid dalam proses isolasi DNA. Proses isolasi DNA melibatkan larutan yang berisi campuran fenol, kloroform, dan isoamilalkohol. 

2. Kloroform digunakan sebagai campuran dalam penenentuan konsentrasi detergen anionik seperti “sodium dodesil sulfat”. Metode yang dilakukan dinamakan Methylene Blue Active Substance. Lapisan bagian kloroform diambil lalu diukur menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 652 nm.

3. Kloroform digunakan untuk mengkuantifikasi secara kasar kandungan lipid dalam suatu sampel. 

4. Kloroform digunakan untuk mengekstraksi kafein dalam minuman.

5. Produksi polytetrafluoroethylene (PTFE).

6. Pelarut yang stabil, relatif tidak aktif, dan melarutkan banyak senyawa organik didalam laboratorium. 

Macam-macam proses produksi kloroform yaitu :

a. Klorinasi metana

Produksi kloroform yang banyak diaplikasikan dalam industri dapat dilakukan melalui klorinasi metana dengan bantuan katalis alumina. Bahan baku yang digunakan adalah metana dengan kemurnian tinggi. Adapun reaktor yang digunakan adalah reaktor fixed bed katalitik. Suhu reaksi adalah 275°C sampai 450°C. Proses halogenasi metana menghasilkan beberapa macam chlorinated product, yaitu klorometana (CH3Cl), diklorometana (CH2Cl2) dan kloroform (CHCl3). Selain itu terdapat reaksi samping klorinasi kloroform yaitu karbon tetraklorida (CCl4) .

Adapun kelebihannya yaitu prosesnya termasuk proses panas katalitik dimana suhu dapat berperan sebagai katalis sehingga tidak diperlukan adanya regenerasi katalis, rendemen yang dihasilkan cukup tinggi, yaitu sekitar 90-95%. Kekurangan dari proses ini yaitu reaktor fixed bed harus mempunyai konstruksi penyangga yang cukup kuat untuk menyangga katalis, reaktor fixed bed harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap pembebasan panas, karena reaksi klorinasi adalah reaksi eksotermis tinggi  sehingga reaktor tersebut biayanya cukup mahal. 

b. Klorinasi fotokimia 

Proses klorinasi dengan metode klorinasi fotokimia didasarkan pada reaksi klorinasi metana oleh aktivasi dari reaksi masa dengan radiasi sinar. Adapun pemisahan molekul klorin (Cl2) menjadi radikal Cl adalah dengan meradiasikan reaksi massa dengan sumber sinar yang mempunyai radiasi 3000-5000 A. Bahan baku yag digunakan adalah metana dengan kemurnian yang tiggi. Rendemen pada proses ini adalah sekitar 90%. Adapun reaktor yang digunakan adalah reaktor fotokimia. Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi pengotor pada klorometana yang dihasilkan. Adapun kerugian dari proses klorinasi diantaranya tingginya biaya perawatan dan kapasitas reaktor rendah.

c. Reduksi karbon tetraklorida

Reduksi tetraklorida (CCl4) direduksi dengan hidrogen dengan bantuan katalis besi pada suhu reaksi 15 ℃ dan tekanan operasi 5,80 atm. Kelebihan dari proses ini adalah rendemen yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sekitar 70-80%. Namun, kelemahan dari proses ini adalah reaksinya berjalan dengan lambat.

d. Reaksi Aseton dengan kaporit

Reaksi kaporit (CaOCl2.H2O) dengan aseton, asetaldehid, atau etil alkohol menghasilkan crude kloroform, dimana hasil reaksi dimurnikan dengan penambahan zat kimia dan distilasi. Aseton bereaksi dengan perbandingan 0,045 kg aseton, 0,453 kg kaporit, dan suhu reaksinya dijaga sekitar 43,3℃ dengan menggunakan alat pendingin. Ketika aseton telah ditambahkan semuanya, suhunya dinaikkan menjadi 56,7℃. Kemudian secara perlahan-lahan suhunya dinaikkan menjadi 65,5℃ dan kloroform mulai terbentuk. Produk hasil sintesis selanjutnya dikarakterisasi untuk mengetahui kandungan yang ada didalam produk dan ada atau tidaknya kloroform pada produk. Apapun kelebihan dari reaksi aseton dengan kaporit adalah proses reaksinya cukup sederhana dengan suhu operasi yang relatif rendah dan rendemen yang dihasilkan cukup tinggi yaitu 86-91%. Sedangkan kekurangannya adalah proses reaksi tersebut termasuk proses konvensional dan prosesnya dilakukan secara batch sehingga kuntitas produksinya dibatasi.


Share:

cromulla

Comments

3-comments

FOLLOW ME

LATEST

3-latest-65px

Search This Blog

Feel free to contact us at anytime about our courses and tutorials.

Nama

Email *

Pesan *

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

SEARCH

Popular

Labels

Blog Archive